Monday, May 6, 2013

UJIAN NASIONAL, HAPUS ATAU LANJUTKAN?


UJIAN NASIONAL, HAPUS ATAU LANJUTKAN?
Sampai saat ini Ujian Nasional (UN) masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa dari tingkat SMP sampai dengan SMA. UN sebenarnya sudah menjadi hajatan rutin tahunan yang cukup besar. Pastinya besar dalam menarik perhatian publik karena problemnya, masalah, cerita menarik, dan kendala yang dihadapi. Setiap tahunnya para tim penyelenggara selalu membenahi persiapan dari ujian nasional. Namun masih saja muncul masalah yang menghambat jalannya UN.
Masalah yang masih saja muncul adalah masalah teknis dari penyelenggaraan ujian nasional. Pertama adalah banyak ditemukan kasus pendistribusian soal yang terlambat. Di berbagai daerah keterlambatan pendistribusian soal UN mengakibatkan waktu pelaksanaan UN diundur beberapa menit bahkan beberapa jam. Hal ini jelas mempengaruhi psikologis dari siswa. Siswa akan menjadi cemas akibat pengunduran waktu.  Kedua, jumlah lembar soal yang kurang. Belum selesai dengan soal yang terlambat sekarang dipusingkan lagi dengan jumlah soal yang tidak memenuhi jumlah siswa. Akibatnya guru terpaksa meng-copy soal. Hasil dari copy-an soal tersebut ada yang tidak terlihat seperti gambar yang tidak jelas dan lain-lain.
Ketiga, lembar jawab komputer yang kurang bahkan tekstur kertas yang tipis sehingga mudah sobek. Lembar jawab komputer merupakan komponen penting dalam UN. Karena disitulah siswa akan menjawab soal-soal yang diberikan. Di beberapa daerah ditemukan adanya lembar jawab komputer yang rusak akibat sobek. Lembar jawab itu sobek ketika menit-menit terakhir dan terpaksa tetap melanjutkan UN dengan lembar jawab yang sobek.
Keempat, masih maraknya tidak kriminal dalam pelaksanaan UN tahun ini. Sudah menjadi rahasia umum ketika seseorang ingin mendapatkan nilai memuaskan dengan cara yang mudah. Tak hanya siswa yang ingin mendapat nilai baik, orang tua pun pasti ingin jika anaknya mendapat nilai memuaskan dan tidak membuat malu keluarga. Masih banyak ditemukan adanya kasus kebocoran soal UN di berbagai daerah. Dengan hanya merogoh kocek mulai dari 20.000 rupiah siswa sudah bisa mendapat bocoran soal. Lebih mengejutkan lagi kegiatan ini biasanya dikoordinir secara bersama-sama, bukan per individu.
UN memberikan beban psikologis yang besar bagi sebagian besar peserta didik. Beban itu dirasakan oleh siswa sejak awal mereka duduk di kelas 9 pada tingkat SMP dan 12 pada tingkat SMA. Mulai kelas itu mereka akan disibukkan oleh jadwal kegiatan dari sekolah dan jadwal kegiatan dari orang tua. Sekolah pasti akan memberikan tambahan pelajaran kepada siswa. Biasanya sekolah akan mengadakan tambahan pelajaran pada pagi hari atau biasa yang disebut dengan jam ke nol dan pada sore hari sepulang sekolah. Ujian Nasional masih dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu membuat anak diberikan beban untuk mendapatkan nilai yang baik dengan berbagai cara.
Peran guru dan orang tua sangatlah penting dalam membimbing anak selama masa kritis yaitu masa menghadapi UN. Orang tua wajib memberikan dorongan positif bagi siswa agar termotivasi. Guru di sekolah perlu memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna dan melatih siswa untuk memahami bukan menghafal.
Melihat dari fenomena ujian nasional setiap tahun akan memunculkan pertanyaan, apakah UN ini dihapuskan saja ataukah tetap dilanjutkan? Problema dalam UN perlu disikapi secara bijak. UN masih penting dilaksanakan karena melalui UN kemampuan siswa akan diukur melalui bidang yang diujikan. Hanya saja bukan UN yang dihapus namun “paket” UN yang perlu dibenahi.
“Paket” UN disini meliputi persiapan dan pelaksanaannya. Sebagai evaluasi akhir untuk mengukur kemampuan siswa secara nasional hendaknya penyelanggaraan UN dimatangkan sebaik mungkin. Memperhatikan hal-hal kecil serta bercermin dari masalah-masalah tahun lalu. Pendistribusian soal hendaklah tepat waktu, penjagaan dan penyeleksian soal diperketat agar tidak terdapat kekeliruan dalam penghitungan jumlah soal untuk setiap daerah dan soal tetap bersih dan tidak rusak. Serta penjagaan keamanan soal agar tidak terjadi kebocoran soal.
Selain masalah teknis dari pelaksanaan UN, perlu diperhatikan materi pelajaran yang akan diujikan. Materi UN yang diujikan harus sesuai dengan SKL yang sudah ditentukan diawal agar siswa tidak kebingungan ketika menjawab. Materi UN hendaknya tidak hanya mengandung akademis saja namun juga mampu membangun karakter siswa.
Satriagiga Cahyawidi