UJIAN NASIONAL, HAPUS ATAU LANJUTKAN?
Sampai saat ini Ujian Nasional (UN) masih menjadi momok yang
menakutkan bagi sebagian besar siswa dari tingkat SMP sampai dengan SMA. UN
sebenarnya sudah menjadi hajatan rutin tahunan yang cukup besar. Pastinya besar
dalam menarik perhatian publik karena problemnya, masalah, cerita menarik, dan kendala
yang dihadapi. Setiap tahunnya para tim penyelenggara selalu membenahi
persiapan dari ujian nasional. Namun masih saja muncul masalah yang menghambat
jalannya UN.
Masalah yang masih saja muncul adalah masalah teknis dari penyelenggaraan
ujian nasional. Pertama adalah banyak ditemukan kasus pendistribusian
soal yang terlambat. Di berbagai daerah keterlambatan pendistribusian soal UN
mengakibatkan waktu pelaksanaan UN diundur beberapa menit bahkan beberapa jam.
Hal ini jelas mempengaruhi psikologis dari siswa. Siswa akan menjadi cemas
akibat pengunduran waktu. Kedua,
jumlah lembar soal yang kurang. Belum selesai dengan soal yang terlambat
sekarang dipusingkan lagi dengan jumlah soal yang tidak memenuhi jumlah siswa.
Akibatnya guru terpaksa meng-copy soal. Hasil dari copy-an soal tersebut ada
yang tidak terlihat seperti gambar yang tidak jelas dan lain-lain.
Ketiga, lembar jawab komputer yang kurang bahkan tekstur kertas yang
tipis sehingga mudah sobek. Lembar jawab komputer merupakan komponen penting
dalam UN. Karena disitulah siswa akan menjawab soal-soal yang diberikan. Di
beberapa daerah ditemukan adanya lembar jawab komputer yang rusak akibat sobek.
Lembar jawab itu sobek ketika menit-menit terakhir dan terpaksa tetap
melanjutkan UN dengan lembar jawab yang sobek.
Keempat, masih maraknya tidak kriminal dalam pelaksanaan UN tahun ini.
Sudah menjadi rahasia umum ketika seseorang ingin mendapatkan nilai memuaskan
dengan cara yang mudah. Tak hanya siswa yang ingin mendapat nilai baik, orang
tua pun pasti ingin jika anaknya mendapat nilai memuaskan dan tidak membuat
malu keluarga. Masih banyak ditemukan adanya kasus kebocoran soal UN di
berbagai daerah. Dengan hanya merogoh kocek mulai dari 20.000 rupiah siswa sudah
bisa mendapat bocoran soal. Lebih mengejutkan lagi kegiatan ini biasanya
dikoordinir secara bersama-sama, bukan per individu.
UN memberikan beban psikologis yang besar bagi sebagian besar
peserta didik. Beban itu dirasakan oleh siswa sejak awal mereka duduk di kelas
9 pada tingkat SMP dan 12 pada tingkat SMA. Mulai kelas itu mereka akan
disibukkan oleh jadwal kegiatan dari sekolah dan jadwal kegiatan dari orang
tua. Sekolah pasti akan memberikan tambahan pelajaran kepada siswa. Biasanya
sekolah akan mengadakan tambahan pelajaran pada pagi hari atau biasa yang
disebut dengan jam ke nol dan pada sore hari sepulang sekolah. Ujian Nasional
masih dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Hal ini tentu membuat anak diberikan beban untuk mendapatkan nilai yang baik
dengan berbagai cara.
Peran guru dan orang tua sangatlah penting dalam membimbing anak
selama masa kritis yaitu masa menghadapi UN. Orang tua wajib memberikan
dorongan positif bagi siswa agar termotivasi. Guru di sekolah perlu memberikan
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna dan
melatih siswa untuk memahami bukan menghafal.
Melihat dari fenomena ujian nasional setiap tahun akan memunculkan
pertanyaan, apakah UN ini dihapuskan saja ataukah tetap dilanjutkan? Problema
dalam UN perlu disikapi secara bijak. UN masih penting dilaksanakan karena
melalui UN kemampuan siswa akan diukur melalui bidang yang diujikan. Hanya saja
bukan UN yang dihapus namun “paket” UN yang perlu dibenahi.
“Paket” UN disini meliputi persiapan dan pelaksanaannya. Sebagai
evaluasi akhir untuk mengukur kemampuan siswa secara nasional hendaknya
penyelanggaraan UN dimatangkan sebaik mungkin. Memperhatikan hal-hal kecil
serta bercermin dari masalah-masalah tahun lalu. Pendistribusian soal hendaklah
tepat waktu, penjagaan dan penyeleksian soal diperketat agar tidak terdapat
kekeliruan dalam penghitungan jumlah soal untuk setiap daerah dan soal tetap
bersih dan tidak rusak. Serta penjagaan keamanan soal agar tidak terjadi
kebocoran soal.
Selain masalah teknis dari pelaksanaan UN, perlu diperhatikan
materi pelajaran yang akan diujikan. Materi UN yang diujikan harus sesuai
dengan SKL yang sudah ditentukan diawal agar siswa tidak kebingungan ketika
menjawab. Materi UN hendaknya tidak hanya mengandung akademis saja namun juga
mampu membangun karakter siswa.
Satriagiga Cahyawidi